Mungkin seharusnya kami sedang
rapat hari ini, ,
Satu setengah tahun yang lalu,
saya hampir tidak bisa menolak sebuah amanah besar yang teman-teman berikan. Sebenarnya
sudah habis masa saya pada waktu itu, setelah dua setengah tahun mengabdi dan
berproses. Masa-masa kuliah hampir seluruhnya saya habiskan berdinamika bersama
orang-orang yang sangat berkesan dalam hidup saya. Ruangan 4x4 meter yang sudah
saya anggap sebagai rumah sendiri, yang menyediakan kopi sampai bumbu dan
penggorengan untuk memasak nasi goreng kala libur kuliah.
Semakin bertambahnya waktu, maka
semakin unik dinamika yang kami hadapi. Sebelumnya kami adalah orang-orang yang
memiliki ambisi besar yang tertanam pada hati kami masing-masing. Ambisi itu
yang membuat kami masing-masing mengidentifikasikan diri dalam
kelompok-kelompok kecil. Kelompok visi, kelompok yang waterproof, kelompok
orang-orang kuat yang melankolis, dan kelompok bau asem. Kami bersaing secara
sehat setiap hari, lewat fisik maupun pikiran yang dituangkan pada saat rapat
yang ngga kelar-kelar. Namun saat ini
semuanya telah berubah menjadi sangat unik. Dinamika yang sangat rumit namun
sangat sedikit mendorong perkembangan orang-orang di dalamnya. Aktualisasi
untuk mengejar tempat yang tertinggi, arus yang terderas dan goa yang terdalam,
telah berubah menjadi ambisi untuk memuaskan kebutuhan primer ketiga dalam teori
motivasi.
Visi – Penyambung Mimpi
Adalah tahun ketiga saya berkomitmen
pada organisasi ini, dan saya pikir sudah saatnya mengejar komitmen saya dengan
orang tua. Saya ingin menutup karir saya di sini dengan nama baik yang didapat dari
perjalanan jauh sebelumnya, dari prestasi menjadi yang terbaik dalam
kepengurusan kemarin. Tapi ada suatu hal yang sungguh saya tidak dapat saya
jelaskan dengan kata-kata hingga akhirnya sayapun dengan ikhlas menerima amanah
itu.
Sebanyak-banyak yang kau berikan,
akan semakin banyak yang akan kau dapatkan. Dua tahun ini saya mendapatkan
banyak dari sini, namun saya belum memberikan sesuatu yang berarti. Dan
akhirnya saya memutuskan untuk memberikan ilmu yang selama ini saya dapatkan
sampai setahun ke depan.
Hari-hari pertama, pikiran saya
benar-benar dipenuhi badai mau kemana saya akan membawa orang-orang ini. Saya
memanggul beberapa problema yang tidak pernah selesai sejak awal saya bergabung
dengan organisasi ini. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk mengangkat isu
sebuah mimpi yang akan berusaha saya wujudkan. Sebuah mimpi yang merupakan visi
turun-temurun dari sejak pertama didirikan. Dengan visi inilah saya bermaksud
menyambung mimpi dari berbagai kalangan yang benar-benar tulus ingin memajukan
organisasi ini. Perlahan-lahan saya mengetuk hati orang-orang yang tulus
tersebut, dan menuangkannya dalam sebuah rancangan indah hingga Januari 2013.
Seperti halnya masalah banjir di
Jakarta yang tidak akan pernah usai, kecuali merombak ulang tata kota dari
awal. Maka saya tidak pernah berpikir mimpi tersebut akan segera diwujudkan.
Seperti halnya seluruh rakyat Jakarta yang menyadari mereka akan terus
kebanjiran, namun tidak ingin pemimpin mereka pasrah atas banjir tersebut. Maka
saya berusaha memulai dengan langkah yang tegas dan konkret walau terkesan
memaksakan.
Yak, memaksakan. Kesan yang
justru akhirnya saya dapatkan diakhir Juni 2012, mengingatkan akan pertanyaan
mendasar dari seorang yang lebih memahami organisasi ini. “Mimpi siapa sebenarnya ini?”.. “Mimpi kita yang tergabung di sini
to? Mimpi yang selama ini tercantum dalam visi dan misi kan?”.. “Lalu kenapa kamu sendiri yang ada disini?”..
“Karena saya yang ingin memulainya kembali”.. “Lalu kemana yang lain? Apa kamu yakin mereka juga memiliki mimpi
seperti kamu?”.. “Ini sudah menjadi kesepakatan di awal, sudah
diperbincangkan di awal, kenapa harus ragu dengan mereka?”..
Mimpi ini pun akhirnya tergerus
oleh orang yang salah mengidentifikasikan mimpinya sendiri-sendiri dengan
organisasi ini. Namun bagaimanapun, segalanya telah berubah. Ajang pembuktian
diri tidak lagi dilakukan secara bijak, mungkin belum matang. Segala
contoh baik dan buruk ditelan bulat-bulat begitu saja, hanya menghasilkan sinisme dan
antipati. Tidak bisa menyaring contoh yang baik, bukan berarti tidak ada contoh
baik. Tidak ada lagi yang mengelus-elus perut karena kekenyangan di bakso
timoho. Tidak ada lagi bergadang di depan circle K. Tidak ada lagi genjrengan
gitar lagu-lagu iwan fals, dan kompor yang menyeduh air panas di sudut ruang
ini.
Januari 2013,, meminta maaf itu
ibarat alkohol 70% yang disiramkan ke luka gores, awalnya akan sangat sakit
tapi akan cepat memulihkan luka. Terima kasih organisasi yang akan terus saya
banggakan sepanjang hidup. Seorang mountaineer akan terus mendaki puncak yang
tinggi, membelah hutan yang tak pernah di jamah. Pendayung sejati akan mati kebosanan
jika arusnya terus flat. Para cavers akan selalu berusaha mengungkap keindahan yang tidak pernah terlihat. Pemanjat akan terus meraih celah tertinggi untuk
menggantungkan dirinya. Tuhan selalu bersama orang-orang yang mau berusaha.
Never give up!!!..